Makassar Biennale 2023 Parepare: Upaya Membangun Kedekatan
Kategori : Reportase
Penulis : Egha La Tunrung
Editor : Rizka Chaniago
Makassar Biennale 2023 Parepare: Upaya Membangun Kedekatan

Sulapa èppa adalah istilah dalam khazanah pengetahuan Bugis untuk menjelaskan empat unsur penciptaan manusia dan alam: air, tanah, api, dan angin.  Istilah ini juga digunakan untuk menjelaskan empat arah mata angin: utara, timur, barat, dan selatan. Ahamd Aldizar Al Ghifari alias Ijan, laki-laki dari Jatiwangi Kabupaten Majalengka, Jawa Barat, memanfaatkan konsep itu ketika menyajikan karya seninya.

Ijan tergabung dalam komunitas Jatiwangi Art Factory (JAF). Kehadirannya di Kota Parepare selama sekitar tiga minggu dalam rangka residensi seniman Makassar Biennale 2023. Sebelum berkarya, ia menjelajahi kawasan Cappa Ujung selama sepuluh hari dan mewawancarai sejumlah orang, salah satunya Budayawan Andi Oddang To Sessungriu. Hasil penelusurannya itu ia tuangkan dalam karya instalasi dan pertunjukan yang diberi judul “Ruang Perjamuan”.

Luas “Ruang Perjamuan” itu sekitar 4x5 meter. Pada sisi dinding selatan terbentang empat kain berjejer berwarna merah marun sebagai panji-panji, yang bermotif sulapa èppa—satu kain bersimbol singkerru simula jaji, satu kain bersimbol walasuji, dan dua kain lainnya bergambar sun cross swastika. Pada tiap sudut ruangan terjulur kain hitam yang masing-masing menggambarkan simbol air, tanah, api, dan angin. Di bagian tengah ruangan terdapat meja perjamuan yang di atasnya ditaruh empat bosara bertutup. Di dalam bosara tersimpan stoples berisi air laut.

“Bagi aku, bosara itu berfungsi mengamankan makanan,” kata Ijan. “Aku mengambil air laut dalam stoples itu dari empat pelabuhan yang ada Kota Parepare: Cempae, Nusantara, Lontangnge, dan Cappa Ujung. Pesannya ialah supaya kita punya kesadaran untuk menjaga lingkungan, khususnya air.”

Selama perhelatan Makassar Biennale 2023, Ijan melakukan dua kali perjamuan. Pertama, pada Jumat, 22 September 2023 sore; dan yang kedua pada 27 September 2023 pukul 20.00. Pada perjamuan yang kedua, ia sengaja mengundang sejumlah tokoh pemuda. Yang hadir dalam kesempatan itu antara lain: Syamsul Rijal Madani (Ketum Hipmi Parepare), Firman (Ketua TDA Parepare), Ahmad (Dinas Pendidikan dan Kebudayaan), Axo Pailintan (Parepare Indie), Muh. Ibrahim Leman, dan Ittas Ballad. Selain membicarakan falsafah sulapa appa, mereka juga membicarakan hal-hal mengenai Kota Parepare sembari menikmati jamu yang disajikan oleh si seniman.

“Sulapa èppa bisa diartikan banyak hal,” kata Ibrahim.

Ijan mengaku bahwa lahirnya ide karya “Ruang Perjamuan” ini setelah ia mendapatkan narasi mengenai Parepare, bukan hanya sebagai kota pelabuhan, melainkan sebagai kawasan persinggahan dan tempat bermukimnya raja-raja Bugis.

Selain Ijan, ada lima seniman lain yang terlibat selama perhelatan Makassar Biennale 2023 di Parepare. Di galeri 2, ada karya instalasi Muhammad Ilham, seniman yang juga berasal dari Komunitas JAF. Tema yang diangkat Ilham adalah “Memanen Ingatan”. Karyanya berupa desain ruang tamu dengan pajangan benda-benda antik seperti proyektor bioskop, poster film Rhoma Irama berjudul Tabir Biru, majalah National Geographic terbitan 1980-an, alat tenunan, dan radio model 1950-an. Karya lainnya pada Galeri 2 ialah Suiseki, seni batu indah. Karya seni ini disajikan oleh Muhammad Rais. Batu-batu  tersebut telah ia kumpulkan selama bertahun-tahun. Sementara pada Galeri 1, terdapat tiga karya instalasi masing-masing disajikan oleh Dwi Julian dengan tema “Bermain Mesin Waktu”;  Andi Mey Kumalasari dengan judul karya “Arus”, dan karya Supriadi dengan tema “Di Balik Bilik Kota Tua”.

Perhelatan Makassar Biennale 2023 dihelat dengan kolaborasi lintas komunitas dan dilaksankan di lima kota berbeda, yakni Makkasar, Parepare, Pangkep, Labuhan Bajo, dan Nabire. Di Parepare sendiri, perhelatan ini berkat kerja sama antara Yayasan Makassar Biennale dan Yayasan Bumi Lestari. []