Klub Baca Sampan Vol. 7: Tanpa Hari, Tiada Buku
Kategori : Reportase
Penulis : Sampan
Editor : Tim SI
Klub Baca Sampan Vol. 7: Tanpa Hari, Tiada Buku

Setangkai Bunga Makka, tempat yang pernah dijadikan oleh teman-teman dari berbagai komunitas sebagai salah satu creative hub di Parepare. Di tempat ini diselenggarakan berbagai pameran seni, diskusi, dan workshop. Sayangnya, belum cukup setahun, aktivitas-aktivitas tersebut macet.

Untuk mengaktivasi ruang itu kembali, teman-teman dari Sampan Institute, dan dibantu oleh kawan-kawan Gud Mud juga Interaksi, menyelenggarakan Klub Baca vol. 7 pada Kamis, 25 Juli 2024, mulai pukul 16.00. Buku yang menjadi topik obrolan adalah karya Sunardi Purwanda berjudul Tanpa Hari, Tiada Buku. Buku itu terbit tahun 2017, berisi 10 esai mengenai buku-buku dari beragam tema.

Mursyid, selaku penutur dalam kegiatan itu memulai penyajiannya dengan membaca prakata yang ada dalam buku. Selanjutnya ia menjelaskan secara singkat tiap-tiap esai yang ada. "Membaca buku ini memantik kita untuk mencari dan membaca lebih banyak buku. Ia seperti kutipan-kutipan yang biasanya kita temukan dalam unggahan di media sosial," katanya.

Ada 20-an orang yang hadir dalam acara itu, dua di antaranya adalah penulis Muliadi G.F dan Pangerang P. Muda. Muliadi G.F pernah menulis resensi mengenai buku" Tanpa Hari, Tiada Buku" yang diterbitkan oleh Harian Fajar tahun 2017. Salah satu aspek yang ia soroti di dalam resensinya itu ialah penggunaan tata bahasa yang cukup banyak mengandung kesalahan tik. 

"Saya lihat buku ini sudah cetakan kedua. Apa sudah ada revisi mengenai salah tik dari edisi pertama?" tanya Muliadi G.F.

"Sepertinya sudah ada, Kak," kata Mursyid. "Kesalahan tik dalam buku ini tidak banyak yang saya temukan. Tetapi saya sempat bingung dengan penggunaan kata 'memeringati'".

Kegiatan Klub Baca Sampan diakhiri sebelum azan Magrib dikumandangkan. Klub Baca Sampan edisi Agustus mendatang rencananya membincangkan buku berjudul Tamasya Bola karya Darmanto Simaepa. []