Klub Baca Sampan: Perkara Pisau Lipat dan Laba-laba Emas
Kategori : Reportase
Penulis : Egha La Tunrung
Editor : Ilo.I.D
Klub Baca Sampan merupakan kegiatan berbagi pengalaman membaca suatu buku. Kegiatan ini adalah salah satu program yayasan Akademi Imajinasi Sampan yang dilaksanakan sekali dalam sebulan. Dalam forum ini, setiap orang bisa berbagi apa saja tentang buku yang menjadi topik obrolan. Ia bisa menyampaikan kritik, kesan, tujuan membaca, mengapa ia membaca, dan bahkan boleh menceritakan riwayat bagaimana suatu buku sampai ke tangan.
Pada Jumat, 18 Januari 2024, mulai pukul 9 malam, di Toko Buku Interaksi, Jln. Andi Mangkau, Klub Buku Sampan mengobrolkan buku kumpulan cerita pendek karya Pangerang P. Muda berjudul "Perkara Pisau Lipat dan Laba-laba Emas". Pangerang P. Muda lahir dan bermukim di Parepare. Ia mulai menulis sejak tahun 1980-an. Buku lain dari karya pensiunan guru ini yang telah diterbitkan berjudul "Menghimpun Butir Waktu" (2017), "Svetsn" (2018), dan "Tanah Orang-orang Hilang" (2019).
Buku "Perkara Pisau Lipat dan Laba-laba Emas" terbit pertama kali tahun 2021. Isinya terdiri dari 15 cerpen yang sudah pernah dimuat di berbagai media, antara lain: Detik.com, Solopos, Tribun Jabar, dan lain sebagainya.
Penutur tamu cerita buku pada kesempatan ini ialah Ronal Edy dan Rasmida. Ronal alias Onet bekerja sebagai seorang Desainer Grafis sementara Rasmida adalah mahasiswi dari IAIN Parepare. Rasmida membuka pertemuan malam itu. Ia tampak kelihatan gugup. Mungkin karena ini adalah kali pertama Rasmida berbicara di forum umum. Jumlah audiiens cukup banyak. Ada 17 orang yang terdiri dari mahasiswa, pegiat literasi, dan Pangerang P. Muda.
Rasmida mengatur napas untuk mengatasi kegugupannya. Setelah itu, ia menyinggung dua cerpen yang baginya memberi kesan yang menarik. Salah satunya berjudul “Perkara Dua Baris Semut Beriring”. "Cerpen yang ditulis oleh Pangerang P. Muda, kadang membuat kita tertipu dengan judulnya. Judulnya yang menggunakan nama hewan, semula saya sangka cerita fabel, tetapi isinya ternyata mengenai konflik rumah tangga," katanya.
Kesan yang sama juga dirasakan oleh Onet. Ia menuturkan bahwa, "Kebanyakan memang dari beberapa cerita dalam buku ini banyak mengisahkan tentang perkara keluarga,” Onet membaca buku ini sudah dua kali. Ia mengaku merasakan keintiman dari cerita-cerita yang ditulis oleh Pangerang P. Muda. Ia juga menyatakan bahwa cerpen-cerpen dalam buku ini umumnya jenaka.
Salah seorang peserta diskusi menyampaikan pendapatnya. “Saya melihat dalam beberapa cerpen yang ada dalam buku tersebut sangat dekat dengan keadaan sosial masyarakat, seperti pada cerpen Laba-laba Emas. Cerpen itu menggambarkan kebiasaan masyarakat yang ketika berpenampilan haruslah terlihat mewah, meski barang yang digunakannya itu bukan miliknya,” ungkapnya.
Pangerang P. Muda sebagai penulis juga turut angkat bicara.. "Tidak semua cerpen ini bercerita perihal keluarga, hanya saja ada beberapa cerpen yang memang menceritakan persoalan keluarga, seperti yang tadi dijelaskan Onet. Sejumlah cerita pendek di dalam buku ini memang beberapa berangkat dari hal-hal yang tren di masa saya. Semisal tentang mencukur alis, menggunakan bros, dan lain sebagainya."
Diskusi tidak hanya membahas sebatas buku, tetapi juga menyinggung mengenai minat baca masyarakat dan bagaimana strategi menyentuh pembaca milenial. Selain itu, kritikan disampaikan oleh peserta diskusi mengenai penyelenggaraan acara. "Ada baiknya, poster terkait kegiatan semacam ini disampaikan jauh hari sebelumnya," katanya. Diskusi berakhir pukul 22.30.
* * *