Cantik Itu...
Kategori : Esai
Penulis : Putri Hasanah Shofiyah
Editor : Ilo.I.D
“Cantik jeka ga?”
Seperti itulah lontaran pertanyaan yang sering diberikan oleh teman saya. Barangkali ia ingin mendapatkan validasi atau ia memang merasa kurang percaya diri dengan penampilan fisiknya. Namun, apa sebetulnya cantik itu? Mengapa perempuan merasa penting terlihat cantik? Apa manfaat perempuan terlihat cantik? Apa yang menentukan standar kecantikan seseorang? Dan, apa yang melatarbelakangi kerisihan seseorang untuk mempertanyakan kecantikan dirinya?
Setiap orang memiliki definisi masing-masing tentang kecantikan. Ada yang mengatakan bahwa cantik adalah wajah yang mulus. Ada juga yang menyatakan bahwa cantik itu memiliki tubuh yang langsing dan kulit yang cerah. Pendefinisian tentang kecantikan mungkin tak akan ada habisnya. Namun, yang perlu diingat bahwa kecantikan itu relatif. Apa yang dianggap cantik oleh satu orang, bisa saja berbeda di mata orang lain. Di dunia yang penuh keragaman ini, setiap orang memiliki pandangan tersendiri tentang kecantikan, yang tentunya dipengaruhi oleh budaya, lingkungan, dan pengalaman hidup masing-masing.
Kecantikan tidak bisa diukur hanya dari penampilan luar. Kecantikan lebih dari sekadar fisik; ada faktor kepribadian, kebaikan hati, dan rasa percaya diri yang membuat seseorang terlihat benar-benar menarik. Berpikir bahwa ada standar kecantikan yang berlaku untuk semua orang adalah kesalahan besar. Standar ini sering kali dipaksakan oleh media dan masyarakat, yang menyebabkan banyak orang merasa tertekan untuk menyesuaikan diri dengan kriteria yang sebenarnya sangat subjektif. Misalnya, di beberapa tempat, kulit putih dianggap cantik, sementara di tempat lain, kulit gelap pun demikian . Demikian pula dengan bentuk tubuh, warna rambut, atau gaya berpakaian—semuanya bisa berbeda-beda tergantung tempat dan budaya.
Banyak perempuan merasa penting untuk terlihat cantik karena adanya tekanan dari masyarakat dan media yang membentuk standar kecantikan tertentu. Sejak kecil, perempuan sering kali dihadapkan pada ide bahwa mereka harus tampil "sempurna" agar bisa diterima atau disukai. Selain itu, penampilan juga sering kali dikaitkan dengan rasa percaya diri. Ditambah lagi, media sosial sekarang membuat orang semakin sadar akan penampilan mereka karena selalu dibanding-bandingkan dengan orang lain.
Standar kecantikan itu sendiri sebenarnya tidak memiliki aturan baku yang jelas. Sayangnya, media dan industri fashion sering kali menentukan standar yang akhirnya diterima banyak orang. Contohnya adalah kulit putih, tubuh kurus, rambut lurus, atau wajah tirus—semua ini adalah standar yang sering kita lihat di iklan dan film. Standar ini berubah-ubah tergantung tren, budaya, dan bahkan tempat tinggal. Hal yang menyedihkan adalah bahwa banyak orang merasa tidak cukup baik jika tidak sesuai dengan standar yang telah dibuat ini. Misalnya, seperti julukan yang sering diterima oleh seorang selebgram yang sedang naik daun saat ini, yaitu ‘Fuji’, yang setiap postingannya dipenuhi dengan komentar netizen: “ini si maghrib ngapain?”; “maghrib banget lagi!”; “udah perawatan mahal–mahal tetap aja maghrib”; dan masih banyak komentar–komentar netizen yang seakan–akan mempermasalahkan warna kulit sebagai standar kecantikan.
Dalam perspektif kebudayaan Bugis, standar kecantikan itu ditandai sebagaimana yang dituturkan oleh orang tua dahulu ialah, “Allong maggere’ tellu, oli’ ma’ bolong cenning, biluwa ma’ bombang-bombang” (Leher bergaris tiga, kulit hitam manis, dan rambut yang bergelombang).
Dari sudut pandang agama Islam Rasulullah saw. bersabda, ''Sesungguhnya Allah tidak melihat pada bentuk fisik dan harta kalian, tetapi pada hati dan perbuatan kalian.'' (HR. Muslim). Kecantikan tidak hanya soal fisik, tetapi lebih kepada keindahan dari dalam atau inner beauty. Islam mengajarkan bahwa kecantikan sejati terletak pada akhlak yang baik, kebaikan hati, dan ketaatan kepada Tuhan. Cantik bukan hanya tentang penampilan luar, tetapi juga tentang bagaimana kita menjalani hidup dengan penuh rasa syukur, sabar, dan berbuat baik kepada orang lain. Jadi, kecantikan yang sesungguhnya adalah kecantikan yang berasal dari dalam hati dan jiwa.
Perempuan seharusnya tidak perlu terlalu pusing untuk menyesuaikan diri dengan standar kecantikan yang ada. Yang penting adalah menjadi diri sendiri dan tampil dengan cara yang membuat kita merasa nyaman dan percaya diri. Kecantikan tidak harus sama untuk semua orang. Justru, perbedaan dan keunikan setiap orang itulah yang membuat dunia menjadi lebih berwarna. Jadi, tampil cantik seharusnya tentang merasa nyaman dengan diri sendiri, bukan hanya untuk menyenangkan orang lain.
Kondisi psikologis sangat memengaruhi cara kita melihat diri sendiri dan bagaimana orang lain melihat kita. Jika kita sedang stres atau memiliki masalah kepercayaan diri, hal ini bisa membuat kita merasa tidak cantik, meskipun orang lain mengatakan sebaliknya. Kadang-kadang, masalah dalam diri kita membuat kita sulit melihat keindahan yang kita miliki. Oleh karena itu, penting untuk menjaga kesehatan mental dan belajar mencintai diri sendiri.
Masalah rasa tidak percaya diri atau insecure selalu menjadi pembahasan utama di kalangan anak muda, terutama di era Gen Z saat ini. Masalah ini terus diperbincangkan oleh banyak orang. Faktanya, berdasarkan temuan ZAP Beauty Index (ZBI), diperkirakan 50,1% dari responden wanita di Indonesia merasa tidak percaya diri karena masalah kulit wajah.
Untuk meningkatkan rasa percaya diri, pertama-tama kita harus belajar menerima diri apa adanya. Tidak ada yang sempurna, dan itu adalah hal yang normal. Fokus pada kelebihan yang kita miliki dan hargai proses perkembangan diri. Jangan bandingkan diri dengan orang lain, karena setiap orang memiliki perjalanan hidup yang berbeda-beda. Jangan lupa, kelilingi diri dengan orang-orang positif yang mendukung kita. Dan yang paling penting, jaga pikiran positif dan terus berusaha menjadi versi terbaik dari diri kita, bukan dari orang lain.
Buya Hamka pernah berkata, “Manusia asalnya dari tanah, makan hasil tanah, berdiri di atas tanah, akan kembali ke tanah, kenapa masih bersifat langit?” Dari quotes Buya Hamka sudah pasti bermakna bahwa setiap manusia memiliki perbedaannya masing-masing dan semua orang akan pasti kembali ke tanah. Mau dia punya wajah yang jelek, cantik, gemuk ataupun kaya, pasti akan kembali juga ke tanah, terus untuk apa kita membandingkan diri dengan orang lain.
Jadi, kecantikan itu lebih dari sekadar penampilan luar. Itu tentang rasa percaya diri, kebaikan hati, dan cara kita melihat diri sendiri. Jangan biarkan standar yang dibuat orang lain menentukan siapa kita. Karena pada akhirnya, kecantikan yang sebenarnya datang dari dalam diri kita sendiri. []
Putri Hasanah Shofiyah, lahir di kota Parepare tahun 2005. Saat ini berstatus sebagai mahasiswa semester tiga, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Parepare, Program Studi Manajemen Dakwah. Dapat dihubungi melalui Instagram: @shofiyahp.